Selasa, 13 September 2011

IT-Nomic dan Membangun Produk TI Lokal yang Inovatif

India kembali membuat gebrakan di bidang Teknologi Informasi (TI). Negeri yang mendapat julukan Lembah Silicon Asia (Silicon Valley of Asia), karena kemampuannya menyaingi Amerika Serikat (AS) sebagai negeri pesohor TI, akan merilis laptop super murah. Menurut CyberNews (Januari 2009), laptop bernama Sakshat yang berarti "Di Depan Mata" dalam bahasa Hindi, akan dijual hanya seharga 500 Rupee atau setara dengan Rp 121.373.

Harga super ringan Sakshat ini juga jauh lebih di bawah rancangan laptop termurah sebelumnya, yakni OLPC (One Laptop per Child). Laptop rancangan Profesor Nicholas Negroponte yang rencananya mulai dipasarkan tahun lalu itu, dipatok seharga US$100 atau sekitar Rp 1.170.000 (dalam kurs 11.700 per dolar AS). Artinya, harga Sakshat kurang dari seperpuluh harga OLPC.

Kemajuan industri IT negeri Sungai Gangga ini memang sangat fenomena. Bahkan kini salah satu kotanya, Bangalore, telah menjadi kiblat TI dunia. Hampir semua industri TI raksasa membuka kantor di kota ini, seperti Microsoft, IBM, Infosys dan Wipro.

Reputasi TI India juga telah menyebar ke seantero dunia, termasuk ke dedengkotnya TI, AS. Ini dibuktikan dari banyaknya tenaga TI di India di negeri Barrack Obama tersebut. Sebagai gambaran saja, pada era 1990-an, dari 150 ribu pekerja asing yang bekerja di perusahaan TI AS, sebanyak 60 ribu diantaranya adalah para pakar software dari India. Artinya, hampir 40% pekerja TI AS berasal dari negeri Gandhi ini.

Senin, 12 September 2011

Ketangguhan Produk IT Lokal di Tengah Krisis Global

Pada 23 Juni 2008, Menkominfo Mohammad Nuh “mengharuskan” Kamar Dagang dan Industri Indoensia (Kadin) untuk menggiatkan industri konten lokal telematika. Kalangan perusahaan yang tergabung di institusi tersebut diharapkan dapat menggunakannya minimal 50%.

Pernytaan tersebut sebagai “lecutan” bagi Kadin atau para pelaku bisnis IT untuk menggunakan produk dalam negeri dalam hal ini IT lokal. Masalahnya akan percuma jika lokal sudah bikin tapi tidak dipakai. Untuk itu, para petinggi negara harus berupaya menggenjot para pengusaha atau institusi di negara ini untuk menggunakan produk IT lokal. Meski mendorong produk IT lokal agar lebih maju, Menkominfo tidak serta memangkas peran asing. Pihak asing tetap diberikan peluang asalkan mau bekerja sama dengan lokal.

Kebijakan ini diharapkan agar lokal bisa terangkat dan maju di masa mendatang. Sementara Kadin pun tidak akan dicap hanya sebagai tempat dagang saja. Namun yang menjadi masalah, apakah produk IT lokal bisa bersaing dengan produk IT asing yang kualitasnya selama ini dinilai lebih baik? Mungkinkah produk IT lokal di masa mendatang menjadi “produk tangguh” di negaranya sendiri?